Said bin Al Musayyib Rahimahulloh suatu hari di Raudloh,tempat yang dikenal mustajab di Masjid Nabawi mendengar ada yang berdoa,” Ya Alloh sesungguhnya aku memohon kepadaMu amalan yang baik,rezeki yang mengalir,dan kehidupan yang tentram (tenang)”. Begitu cerdasnya,disaat amalan baik begitu sulitnya diupayakan ia menariknya dalam do’a. Sehingga kebaikan lebih mudah terlaksana karena bukan ikhtiyar semata, tapi sekaligus anugerah dari Alloh yang diibadahi. Begitupula rezeki. Ibarat air, yang sehat jika aliranya mengalir. Antara yang diterima seimbang dengan yang keluar. Istilah menggenang yang berdampak bau, bahkan tak jarang banjir adalah akibat air yang tidak mengalir. Pun terjadi hal ini pada rezeki,jika yang diterima dari Alloh tidak segera mengalir dalam ladang-ladang kebaikan sedekah akan menggenang dirumahnya,dan berdampak bau serta membanjirnya masalah dan musibah. Tak lama kemudian merebaklah penyakit hati dari bakhil, angkuh, sombong, dengki dan ragam lainya juga penyakit jasmani yang menjangkiti. Lebih sederhananya bila sebuah got disumbat maka pasti ada akibat. Bigitupula rezeki jika di sumpat dan di hambat tidak segera mengalir tersalurkan akan berdampak pada kehidupan. Wujud syukur dengan bersedekah akan lebih terukur dan menjadikan ladang kebaikan kita menjadi subur.
Selanjutnya, kehidupan yang tentram,adalah buah dari banyaknya amal kebaikan dan sehat mengalirnya rezeki. Sekalipun tidak nampak kaya namun bersahaja. Sekalipun tidak nampak berharta namun bahagia. Sekalipun tidak nampak bertahta namun bercahaya. Sekalipun tidak sering berwisata namun hidupnya penuh makna. Barokah dari doa yang indah. Tabiin Said setelah itu tidak meninggalkan doa ini untuk di minta. Dan beliau tidak mendapati dalam hidupnya kecuali kebaikan. Selamat mengikuti keteladannya !!