Ghibah adalah membicarakan ihwal saudara apa adanya sebatas cerita tanpa ada misi memperbaikinya dan tentunya tanpa kehadiranya. Bahayanya jika ihwal saudara yang menjadi bahan bicara masih sebatas kemungkinan,kayaknya,sepertinya,dan barangkali alias persangkaan maka statusnya menjadi fitnah. Hari ini sarananya makin terwakili dengan omongan dan tulisan dengan BBM,facebook,twiter,sms dan sarana lainya seiring dengan canggihnya orang berkomunikasi peluang ghibah pun sebenarnya makin canggih kecuali yang di rahmati Alloh. “Wahai orang beriman jauhilah kalian dari banyak berprasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa,jangan kamu cari-cari kesalahan saudaramu,jangan pula kamu membicarakanya tanpa kehadiranya dengan beberapa saudaramu lainya (ghibah), sukakah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati ? Pasti kamu tidak menyukainya, TAKUTLAH kepada Alloh ! Sesungguhnya Alloh Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang ” (QS Al Hujurat : 12). Gambaran menjijikkan di ayat di atas untuk membuka lebar mata kepala dan mata hati tentang begitu kejam dan sadisnya ghibah. Sebab menjatuhkan kehormatan seorang mukmin yang sepertinya nampak seperti dosa biasa tapi mampu menggoncang Arsy Alloh tanda kemurkaan Alloh pun akan besar. “Memakan daging saudaranya yang sudah mati…” berarti layaknya seorang yang memasak daging dengan segala menu hanya dagingnya saja yang daging manusia, dan manusia itu saudaranya yang biasa ia bersama, bicara,menyapa, bercanda bahkan mungkin juga sering menolongnya,sekalipun adakalanya menyakitinya. Memilih memasaknya saat sudah mati karena saat hidupnya pasti ia sungkan dan belum tentu berani karena panjang urusanya, lain kalau mati tentunya tanpa perlawanan darinya. Begitu juga membicarakan saat kehadiranya pasti ia sungkan dan belum tentu berani di banding dengan membicarakannya tanpa kehadiranya. Dampak ghibah akan memakan kebaikan penggibah dan kebaikannya di berpindah kepada yang di ghibah.
Ibarat menanam pohon jati dari tunas kecil,dinanti bertahun-tahun,saat memanen dikasihkan ke orang lain dengan cuma-cuma. Begitupula terjadi pada orang yang menggibah sudah beramal puluhan tahun kemudian ketika amalan sudah menggunung di berikan kepada yang di ghibahi. Merasa merugi ? Merasa benci ? Rasa itu juga mestinya dihadirkan waktu asik dan enaknya menghibah. Waspadai ghibah agar amalmu tidak berpindah. Semoga Alloh mengampuni kita dan menjaga amal kita !!