Nongkrong adalah budaya yang melekat pada diri anak muda baik di perkotaan maupun di daerah daerah kecil, kesan santai, enjoy, friendly sudah melekat sebagai identitas nongkrong itu sendiri. Sedangkan tobat adalah sebuah kata yang tidak asing di telinga kita manakala ada sebuah kesalahan dan jika ingin berhenti kita sering mengatakan tobat. Esensi tobat itu adalah perbaikan diri. Nongkrong tobat di Santrendelik dikemas menjadi sebuah sajian pengjain bergaya nongkrong dengan kemasaan jauh dari serius. lucu, unik, menggelitik yang membuat para santrendeliker ( sebutan jamaah santrendelik) menjadi semakin mudah memhami ilmu-ilmu agama.
Tema nongkrong yang unik
“Kalo bisnis banyak mudharat, tumbuhnya bakal lemot, peluang jadi alot, kerjanya ngotot, tapi rezeki tambah merosot”
ngobrolin yang unik dan tidak perlu sampai ndakik-ndakik (terlalu tinggi) inilah sebuah komunikasi sederhana dengan penjelasan logis dan mudah diserap oleh orang awam sekalipun bahkan bisa diterima oleh semua kalangan. tema-tema keseharian menjadi menu obrolan yang dibedah secara logis dimana banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita yang tidak terjawab sampai ssat ini seperti kenapa harus sholat, kenapa harus berdoa, dan kenapa kita masih hidup sekarang ini. dengan kemasaan lucu menjadikan kesan ilmu agama menjadi tidak serem lagi.
Sebuah guiding kehidupan sehari-hari
“Daripada nongkrong sembarang tempat, mending ikutan nobat (nongkrong tobat), di subulussalamnusantara“
para tobaters menjadi termotivasi untuk mencoba-coba bahkan tidak jarang menjadi kecanduan