Celana Cingkrang simbol Terorisme?

Celana Cingkrang

Celana Cingkrang simbol Terorisme?

Belakangan ini kita cukup dihebohkan dengan pernyataan bahwa salah satu ciri terorisme bagi lelaki adalah Berambut Gondrong, Berjenggot juga celana Cingkrang. Hal itu cukup mengherankan, seolah semua orang yang bercelana cingkrang itu adalah ciri ciri terorisme. Padahal tidak semua celana cingkrang itu karna Agama, banyak juga dari mereka yang menggunakan celana ¾ karena stylish. Tampil lebih keren dan kece dengan celana diatas mata kaki.

Dari berbagai ciri-ciri teroris yang telah banyak dituduhkan kini kita akan membahas mengenai celana cingkrang terlebih dahulu. Sahabat YSN, mungkin ketika ada orang yang bercelana cingkrang lalu tongkrong dipinggir jalan, merokok mabuk mabukan juga melakukan maksiat yang lainnya tidak akan dipermasalahkan bukan?? Namun yang sangat menjadi masalah adalah ketika ada yang menggunakan celana cingkrang apalagi dengan jidat yang berbekas sujud sering berangkat ke kajian juga tidak pernah terlambat untuk sholat di masjid. Tentu itu akan menjadi nilai khusus bagi mereka, apa nilai khusus tersebut?? Yap, tak lain dan tak bukan masyarakan akan lebih mencurigai orang yang seperti ini, bercelana cingkrang dan rajin kemasjid daripada ada orang yang bercelana cingkrang namun suka bermabuk mabukan. Padahal tidak menutup kemungkinan dia yang sering mabuk-mabukan akan melakukan tindak kriminal seperti pencurian juga pembunuhan.

Lalu apa salahnya celana cingkrang?? Kenapa ketika dipakai oleh ahli ibadah seolah dicap terorisme, sedangkan dipakai oleh orang yang bermaksiat dianggap biasa saja. Pertanyaannya apakah ada dalil khusus tentang celana cingkrang?? Atau benarkah kalau Rasulullah dulu bercelana diatas mata kaki??
Mari simak penjelasannya berikut ini.

Penampilan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Celana Setengah Betis

Ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan celana ataupun sarung diatas mata kaki lhoo. Mari kita perhatikan hadits dibawah ini

Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata :

سَمِعْتُ عَمَّتِي ، تُحَدِّثُ عَنْ عَمِّهَا قَالَ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِي بِالمَدِيْنَةِ ، إِذَا إِنْسَانٌ خَلْفِي يَقُوْلُ : « اِرْفَعْ إِزَارَكَ  ، فَإِنَّهُ أَنْقَى» فَإِذَا هُوَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا هِيَ بُرْدَةٌ  مَلْحَاءُ) قَالَ : « أَمَّا لَكَ فِيَّ أُسْوَةٌ  ؟ » فَنَظَرْتُ فَإِذَا إِزَارَهُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ

Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata,”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai  teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)

Untuk kaum muslimin sendiri kita hendaknya berpegang teguh pada hadits dibawah ini :

إِزْرَةُ الْمُسْلِمِ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ وَلاَ حَرَجَ – أَوْ لاَ جُنَاحَ – فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ فَهُوَ فِى النَّارِ مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ

“Pakaian seorang muslim adalah hingga setengah betis. Tidaklah mengapa jika diturunkan antara setengah betis dan dua mata kaki. Jika pakaian tersebut berada di bawah mata kaki maka tempatnya di neraka. Dan apabila pakaian itu diseret dalam keadaan sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya (pada hari kiamat nanti).” (HR. Abu Daud no. 4095. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shogir, 921)

Jadi bagi saudara-saudara sekalian yang mengenakan celana diatas mata kaki alias cingkrang. Maka bersabarlah, sesungguhnya ini merupakan ujian bagi kita. Apakah dengan dikatakannya kita sebagai teroris dapat menyurutkan langkah kita dalam mengenakan pakaian sesuai apa yang telah dicontohkan oleh suri tauladan terbaik kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.

Semoga Allah meneguhkan hati kita dijalan ini hingga kita tidak tergoyahkan terhadap ujian yang menimpa kita. Aamiin


Sahabat YSN, Mari kita berpartisipasi dalam pembangunan Pondok Tahfidzul Qur’an Zaid bin Tsabit. InSyaaAllah apa yang bapak ibu wakafkan bisa menjadi amal jariyah yang akan mengalir terus bahkan sampai dialam kubur kelak. Aamiin

Melalui Rekening Donasi Kami :
Rekening Sedekah, Infaq, dan Wakaf.
BNI 0378697001
A/n. Yayasan Subulussalam Nusantara

Konfirmasi Donasi : +62 898 8891 920

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *