Istiqomah adalah terus komitmen pada kebenaran dan terus beribadah. Orang yang bisa istiqomah, sungguh sangat menakjubkan. Bahkan itu lebih menakjubkan daripada seseorang yang terus menerus beribadah lalu menjauh dari dunia.
Disebutkan dalam kitab Hilyatul Auliya’ beberapa perkataan ulama berikut.
وحدثنا ابن المبارك عن بكار بن عبدالله قال سمعت وهب بن منبه يقول مر رجل عابد على رجل عابد فقال مالك قال عجبت من فلان انه كان قد بلغ من عبادته ومالت به الدنيا فقال بعجل لا تعجب ممن تميل به الدنيا ولكن اعجب ممن استقام
Ibnul Mubarok menceritakan dari Bakkar bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin Munabbih berkata, ada seorang ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia pun berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Dijawablah, “Aku begitu takjub pada si fulan, ia sungguh-sungguh rajin ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya.” Wahb bin Munabbih segera berkata, “Tidak perlu takjub pada orang yang meninggalkan dunia seperti itu. Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa istiqomah.” (Hilyatul Auliya’, 4: 51).
Karena memang istiqomah itu berat sampai-sampai ulama yang bernama Muhammad bin Al Munkadar berkata,
كابدت نفسي أربعين سنة حتى استقامت
“Aku telah menahan diriku selama 40 tahun hingga aku bisa istqomah.” (Hilyatul Auliya’, 3: 146).
Ibnul Mubarok ditanya, bagaimakah seseorang bisa jadi mulia,
بالاستقامة
“Yaitu dengan istiqomah.” (Hilyatul Auliya’, 3: 40).
Dan istiqomah memang dituntut terus hingga mati. Mengenai firman Allah,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
” Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka terus istiqomah” (QS. Fushshilat: 30), kata Mujahid,
فلم يشركوا حتى ماتوا
“Mereka tidaklah berbuat syirik sampai mati.” (Hilyatul Auliya’, 3: 300)
Semoga Allah terus memberikan kita keistiqomahan dalam ilmu, amal dan dakwah.
—
Akhukum fillah,
Artikel Rumaysho.com